Manusia dan keindahan
1. Apa bedanya keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dengan sebuah benda tertentu yang indah (terlihat) ?
Jawab : keindahan abstrak : keindahan yang tidak dapat kita lihat secara fisik, tetapi hanya kita dapat rasakan. Seperti indahnya apabila di dalam keluarga dapat berkumpul bersama dan saling berbagi. Alangkah indahnya kebersamaan yang terjalin yang hanya dapat dirasakan.
Keindahan terlihat : keindahan yang dapat kita lihat secara fisik dan dapat kita nikmati keindahan tersebut. Keindahan seperti pemandangan yang diciptakan Tuhan secara sempurna dan keindahan perilaku orang yang sangat baik.
2. Apa bedanya nilai ekstrinsik dengan intrinsik ?
Jawab : Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai sesuatu tujuan, atau demi kepentingan benda itu sendiri.
3. Jelaskan pengertian dari kontemplasi dan ekspansi ?
Jawab : Kontemplasi ada pada dalam dasar diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Sedangkan Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah.
Senin, 30 Mei 2011
soal manusia dan keadilan
Manusia dan Keadilan
1. Apakah yang dimaksud dengan keadilan ? Apa makna dari keadilan ?
Jawab : Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Makna dari keadilan itu sendiri bisa menyankut sebuah perkataan atau perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
2. Apa yang dimaksud dengan keadilan komutatif ? Berikan contohnya ?
Jawab : Keadilan komutatif adalah keadilan yang bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum, keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Contohnya : manusia mendapatkan keadilan hak untuk bertahan hidup.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kejujuran dan hakikat kejujuran ?
Jawab : kejujuran merupakan suatu bentuk pernyataan dari seseorang yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Kejujuran berasal dari hati nuraini setiap manusia, karena hati nurani selalu memaksa untuk berbuat baik. Hakikat kejujuran merupakan yang berasal dari Tuhan YME.
4. Apa yang dimaksud dengan kecurangan dan sebab-sebab orang melakukan kecurangan ?
Jawab : kecurangan merupakan suatu tindakan tidak terpuji yang menginginkan sesuatu atau memperoleh keuntungan tanpa adanya usaha dan tenaga yang dikeluarkan. Sebab-sebab orang melakukan kecurangan adalah ingin dipandang hebat oleh orang lain, tidak mau menerima kekalahan, dan senang apabila orang-orang disekitarnya menderita.
5. Apakah hakikat dari pemulihan nama baik ?
Jawab : pada hakikatnya, pemulihan nama baik merupakan kesadaran manusia akan kesalhannya. Apabila seseorang melakukan kesalahan dan ingin memperbaiki nama baiknya, maka tidak hanya di bibir saja dia bertobat dan meminta maaf tetapi juga melakukan perbuatan terpuji, membantu orang tanpa pamrih, dan hal baik lainnya.
6. Apa yang dimaksud dengan pembalasan ? Apa sebab-sebab orang melakukan pembalasan ? Berikan contoh!
Jawab : pembalasan adalah suatu bentuk reaksi atas perbuatan orang lain berupa perlakuan yang seimbang ataupun serupa. Sebab-sebab orang melakukan pembalasan dikarenakan tidak ingin hak dan kewajibannya dilanggar.
Contoh : apabila orang yang kita sayangin mendapat perlakuan buruk dari pihak lain, maka atas dasar rasa kasih saying dan ketidak inginan hak dan kewajiban orang yang kita sayangi dilanggar oleh pihak lain, maka kita melakukan pembalasan yang serupa atau seimbang kepada pihak lain tersebut.
manusia dan pandangan hidup
Segala sesuatunya berhulu pada pandangan-hidup. Kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian
dengannya, dan Kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu.
Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Ia akan secara
signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara keseluruhan. Apapun agama yang kita anut
lantaran kelahiran, awalnya, kita mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti.
Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini,
mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan sebentuk pandangan-hidup yang
rasanya cocok, sesuai dengan kondisi fisiko-mental kita. Namun, kita mesti selalu ingat kalau kendati
sesuatu ‘rasanya cocok, ia belum tentu juga baik buat kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani
hidup ini bukanlah yang ‘rasanya cocok atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain; bahkan bila mungkin, ia juga bisa mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita
perlu amat berhati-hati.
Kondisi fisiko-mental kita selalu berubah-ubah. Sesuatu yang tadinya terasa amat cocok, bisa berubah
drastis kini; sesuatu yang kini terasa amat cocok, bisa samasekali tidak cocok besok. Sementara itu
pandangan-hidup tidaklah bisa serta-merta dirubah-rubah untuk selalu disesuaikan dengannya. Sekedar
untuk bisa menerima dan meresapi suatu pandangan-hidup tertentu saja, tidaklah mudah dan butuh tak
sedikit waktu. Singkatnya, kita hendak mengadopsi sesuatu yang tidak sekedar rasanya cocok, namun
yang jelas-jelas baik buat kita dan sebanyak-banyaknya orang. Tapi jangan salah lagi disini sesuatu yang
baik buat sebanyak-banyaknya orang, bukan saja belum tentu baik juga buat kita, namun ia tidak berarti
bahwa kita harus ikut-ikutan menganut pandangan-hidup yang dianut oleh banyak orang. Sebab, sangat
boleh jadi mereka menganutnya hanya lantaran terlahir dan terjebak di lingkungan penganut pandangan
-hidup itu, atau sekedar ikut-ikutan saja.
Yang menganut pandangan-hidup tertentu, akan menganut prinsip-hidup tertentu. Prinsip-hidup inilah yang
selalu akan menjadi orientasi-utama seseorang di dalam menjalani hidupnya. Misalnya, seseorang yang
menganut pandangan bahwasanya hidup ini sebagai kesempatan-emas untuk meningkatkan martabat
-kelahirannya, maka ia akan berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan guna
mengisi kesempatan-emas ini, dimana setiap pemikiran, ucapan dan tindakannya akan selalu ia orientasikan
pada yang baik dan bermanfaat untukmeningkatkan martabat-kelahirannya. Lain lagi halnya dengan
mereka yang menganut pandangan bahwasanya ‘hidup ini hanya sekali saja, misalnya. Mereka ini bisa
saja juga berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan yang ada, namun guna
memperkaya diri sehingga bisa bersenang-senang, bisa memenuhi setiap keinginannya, bisa memuaskan
setiap dorongan nafsu-idriawinya. Semua ini mereka lakukan atas-nama “menikmati hidup†yang
hanya sekali ini saja. Itulah yang menjadi orientasi-utama dari setiap pemikiran, ucapan dan tindakan
mereka; itulah yang menjadi orientasi-utamanya di dalam menjalani kehidupannya ini.
Orientasi-utama seseorang di dalam menjalani kehidupannya dengan jelas mengekspresikan tujuan
hidup-nya, tujuan yang ia tetapkan berdasarkan pandangan-hidup-nya. Jadi semakin jelas bagi kita kini
keterkaitan-erat antara pandangan-hidup, prinsip-hidup, jalan-hidup dan tujuan-hidup. Disadari atau tidak,
setiap orang akan selalu berjalan mengarah kepada tujuannya masing-masing. Terlepas dari ras, kebangsaan
, etnis, agama, jender, usia, tingkat pendidikan, bidang profesi pun kepribadian masing-masing orang yang
menentukan bagaimana caranya meraih tujuan-hidup-nya itu rumusan ini tetap berlaku. Ia bersifat universal.
Makanya, di dalam memilih, terlebih lagi memilih sebentuk pandangan-hidup yang nantinya akan sangat
menentukan jalan-hidup kita, kita perlu melengkapi diri dengan kemampuan memilah-milah antara yang
baik dan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara yang asli dan yang palsu, antara yang
sejati dan yang semu. Umumnya, kemampuan ini kita peroleh dari pengalaman dan pengetahuan kita.
Namun, hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan kita yang sangat terbatas saja, hanya untuk
memperoleh kemampuan memilah-milah ini saja, bisa menghabiskan seluruh usia kita. Lantas kapan kita
sempat menetapkan suatu pandangan-hidup tertentu untuk dijalani?
manusia dan pandangan hidup
Segala sesuatunya berhulu pada pandangan-hidup. Kita akan menganut prinsip-hidup yang bersesuaian dengannya, dan Kitapun akan menganut pola-pikir yang bersesuaian dengan prinsip-hidup Kita itu. Oleh karenanya berhati-hatilah di dalam mengadopsi sebentuk pandangan-hidup tertetu. Ia akan secara signifikan sangat menentukan jalan-hidup Anda secara keseluruhan. Apapun agama yang kita anut lantaran kelahiran, awalnya, kita mungkin belum punya sebentuk pandangan-hidup tertentu yang pasti. Kita masih menjalani hidup secara coba-coba, dengan meraba-raba. Di dalam menjalaninya selama ini, mungkin kita telah tabrak-sana-tabrak-sini, sampai dengan menemukan sebentuk pandangan-hidup yang ‘rasanya cocok’, sesuai dengan kondisi fisiko-mental kita. Namun, kita mesti selalu ingat kalau kendati sesuatu ‘rasanya cocok’, ia belum tentu juga baik buat kita. Apa yang kita perlukan untuk menjalani hidup ini bukanlah yang ‘rasanya cocok’ atau yang kita senangi, melainkan yang baik dan mendatangkan kebaikan buat kita dan orang lain; bahkan bila mungkin, ia juga bisa mendatangkan kebaikan buat sebanyak-banyaknya orang. Disinilah kita perlu amat berhati-hati.
Kondisi fisiko-mental kita selalu berubah-ubah. Sesuatu yang tadinya terasa amat cocok, bisa berubah drastis kini; sesuatu yang kini terasa amat cocok, bisa samasekali tidak cocok besok. Sementara itu pandangan-hidup tidaklah bisa serta-merta dirubah-rubah untuk selalu disesuaikan dengannya. Sekedar untuk bisa menerima dan meresapi suatu pandangan-hidup tertentu saja, tidaklah mudah dan butuh tak sedikit waktu. Singkatnya, kita hendak mengadopsi sesuatu yang tidak sekedar ‘rasanya cocok’, namun yang jelas-jelas baik buat kita dan sebanyak-banyaknya orang. Tapi jangan salah lagi disini; ‘sesuatu yang baik buat sebanyak-banyaknya orang’, bukan saja belum tentu baik juga buat kita, namun ia tidak berarti bahwa kita harus ikut-ikutan menganut pandangan-hidup yang dianut oleh banyak orang. Sebab, sangat boleh jadi mereka menganutnya hanya lantaran terlahir dan terjebak di lingkungan penganut pandangan-hidup itu, atau sekedar ikut-ikutan saja.
Yang menganut pandangan-hidup tertentu, akan menganut prinsip-hidup tertentu. Prinsip-hidup inilah yang selalu akan menjadi orientasi-utama seseorang di dalam menjalani hidupnya. Misalnya, seseorang yang menganut pandangan bahwasanya hidup ini sebagai ‘kesempatan-emas untuk meningkatkan martabat-kelahirannya’, maka ia akan berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan guna mengisi kesempatan-emas ini, dimana setiap pemikiran, ucapan dan tindakannya akan selalu ia orientasikan pada yang baik dan bermanfaat untukmeningkatkan martabat-kelahirannya. Lain lagi halnya dengan mereka yang menganut pandangan bahwasanya ‘hidup ini hanya sekali saja’, misalnya. Mereka ini bisa saja juga berprinsip memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang dan kesempatan yang ada, namun guna memperkaya diri sehingga bisa bersenang-senang, bisa memenuhi setiap keinginannya, bisa memuaskan setiap dorongan nafsu-idriawinya. Semua ini mereka lakukan atas-nama “menikmati hidup†yang hanya sekali ini saja. Itulah yang menjadi orientasi-utama dari setiap pemikiran, ucapan dan tindakan mereka; itulah yang menjadi orientasi-utamanya di dalam menjalani kehidupannya ini.
Orientasi-utama seseorang di dalam menjalani kehidupannya dengan jelas mengekspresikan tujuan-hidup-nya, tujuan yang ia tetapkan berdasarkan pandangan-hidup-nya. Jadi semakin jelas bagi kita kini keterkaitan-erat antara pandangan-hidup, prinsip-hidup, jalan-hidup dan tujuan-hidup. Disadari atau tidak, setiap orang akan selalu berjalan mengarah kepada tujuannya masing-masing. Terlepas dari ras, kebangsaan, etnis, agama, jender, usia, tingkat pendidikan, bidang profesi pun kepribadian masing-masing orang—yang menentukan bagaimana caranya meraih tujuan-hidup-nya itu—rumusan ini tetap berlaku. Ia bersifat universal. Makanya, di dalam memilih, terlebih lagi memilih sebentuk pandangan-hidup—yang nantinya akan sangat menentukan jalan-hidup kita, kita perlu melengkapi diri dengan kemampuan memilah-milah antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara yang asli dan yang palsu, antara yang sejati dan yang semu. Umumnya, kemampuan ini kita peroleh dari pengalaman dan pengetahuan kita. Namun, hanya mengandalkan pengalaman dan pengetahuan kita—yang sangat terbatas—saja, hanya untuk memperoleh kemampuan memilah-milah ini saja, bisa menghabiskan seluruh usia kita. Lantas kapan kita sempat menetapkan suatu pandangan-hidup tertentu untuk dijalani?
manusia dan tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang di namakan hak.Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,karena tanpa tanggung jawab,maka semuanya akan menjadi kacau.Contohnya saja adalah jika seorang ayah tidak melakukan tanggung jawabnya mencari nafkah,maka keluarganya akan sengsara. Bagaimanapun juga tanggung jawab menjadi nomor satu di dalam kehidupan seseorang.Dengan kita bertanggung jawab,kita akan dipercaya orang lain,selalu tepat melaksanakan sesuatu,mendapatkan hak dengan wajarnya. Seringkali orang tidak melakukan tanggung jawabnya,mungkin di sebabkan oleh hal hal yang membuat orang itu lebih memilih melakukan hal di luar tanggung jawabnya.Sebagai contohnya,seorang pelajar mempunyai tanggung jawab belajar,sekolah,tapi karena ada game/ajakan teman yang tidak baik untuk bolos sekolah,maka seorang anak itu bisa saja melalaikan tanggung jawabnya untuk bermain/bolos sekolah. Jika kita melalaikan tanggung jawab,maka kualitas dari diri kita mungkin akan rendah.Maka itu,tanggung jawab adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan,karena tanggung jawab menyangkut orang lain dan terlebih diri kita.
manusia di bumi ini pasti pernah melakukan kesalahan baik itu disengaja ataupun tidak tetap saja kita diwajibkan untuk bertanggung jawab, tanggung jawab merupakan hal yang paling sulit di lakukan apalagi pada saat dituasi kita sedang tidak mendukung pasti kita lebih cenderung untuk lari dari kondisi itu. manusia dan tanggung jawab adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan apalagi dilupakan, taanggung jawab sudah menjadi sifat dasar yang harus di miliki siapapun agar kita menjadi manusia yang baik.
banyak di antara kita yang mudah sekali melupakan atau lari dari tanggung jawab tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada orang yang dirugikan itu. seseorang yang selau bertanggung jawab berarti iaa adalah orang yang memiliki jiwa besar,jika seseorang bisa untuk bertanggung jawab maka ia telah melakukan perbuatan jujur dan pada zaman ini orang yang benar-benar jujur sangatlah sulit di cari.desakan ekonomi yang semakin hari semakin sulit bisa saja menjadi faktor utama dmn kejujuran itu sulit di cari dengan demikian rasa tanggung jawab maka sulit pula di dapatkan.
Langganan:
Postingan (Atom)